Definisi bullying merupakan sebuah kata
serapan dari bahasa Inggris. Istilah Bullying belum banyak dikenal masyarakat,
terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang
mengganggu orang yang lemah.
Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia
yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di
antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan,
atau intimidasi.
Terdapat berbagai dampak yang
ditimbulkan akibat bullying. Dampak yang dialami korban bullying tersebut bukan
hanya dampak fisik tapi juga dampak psikis. Bahkan dalam kasus-kasus yang
ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini bisa mengakibatkan
kematian.
Hilda, et al (2006; dalam Anesty, 2009)
menjelaskan bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap
pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya akan
berdampak terhadap reputasi suatu komunitas.
Jenis-jenis Bullying
Selanjutnya, Riauskina, Djuwita, dan
Soesetio mengelompokkan jenis-jenis bullying ke dalam 5 kategori yaitu:
Ø Kontak fisik langsung, memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,
mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan
merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.
Ø Kontak verbal langsung, mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu,
member panggilan nama (name-calling),
sarkasme, merendahkan (put-downs),
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gossip.
Ø Perilaku non-verbal langsung, melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya
disertai oleh bullying fisik atau verbal.
Ø Perilaku non-verbal tidak langsung, mendiamkan seseorang, memanipulasi
persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan,
mengirimkan surat kaleng.
Ø Pelecehan seksual, kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.
Meskipun anak laki-laki dan anak perempuan yang melakukan bullying cenderung
sama-sama menggunakan bullying verbal, namun pada umumnya, perilaku bullying
fisik lebih banyak dilakukan oleh anak laki-laki dan bullying bentuk verbal
banyak digunakan oleh anak perempuan.
Faktor Penyebab Bullying
Berdasarkan penelitian ini, Gentile dan Bushman mengungkapkan, ada enam faktor
yang bisa menyebabkan anak menjadi seorang pengganggu atau melakukan bullying
pada temannya. "Ketika semua faktor risiko ini dialami anak, maka
risiko agresi dan perilaku bullying akan tinggi. 1-2 faktor risiko
bukan masalah besar bagi anak, namun tetap butuh bantuan orang tua untuk
mengatasinya," ungkap Gentile.
Ø Kecenderungan permusuhan
Dalam hubungan keluarga maupun pertemanan,
permusuhan seringkali tak bisa dihindari. Merasa yang dimusuhi akan membuat
anak merasa dendam dan ingin membalasnya.
Ø Kurang perhatian
Rendahnya keterlibatan dan perhatian orang
tua pada anak juga bisa menyebabkan anak suka mencari perhatian dan pujian dari
orang lain. Salah satunya pujian pada kekuatan dan popularitas mereka di luar
rumah.
Ø Gender sebagai laki-laki
Seringkali orang menilai bahwa menjadi
seorang laki-laki harus kuat dan tak kalah saat berkelahi. Hal ini secara tak
langsung menjadi image kuat yan menempel pada anak laki-laki bahwa
mereka harus mendapatkan pengakuan bahwa mereka lebih kuat dibanding teman laki-laki
lainnya. Akhirnya perilaku ini membuat mereka lebih cenderung agresif secara
fisik.
Ø Riwayat korban kekerasan
Biasanya, anak yang pernah mengalami
kekerasan khususnya dari orang tua lebih cenderung 'balas dendam' pada temannya
di luar rumah.
Ø Riwayat berkelahi
Kadang berkelahi untuk membuktikan
kekuatan bisa menjadikan seseorang ketagihan untuk tetap melakukannya. Bisa
jadi karena mereka senang karena memperoleh pujian oleh banyak orang.
Ø Ekspos kekerasan dari media
Televisi, video game, dan film
banyak menyuguhkan adegan kekerasan, atau perang. Meski seharusnya, orang tua
melakukan pendampingan saat menonton atau bermain video game untuk
anak di bawah umur, nyatanya banyak yang belum melakukan ini. Ekspos media
terhadap adegan kekerasan ini sering menginspirasi anak untuk mencobanya dalam
dunia nyata.
Contoh Perilaku Bullying di Lingkungan Sekolah
Contoh tindakan yang termasuk kategori bullying, baik perilaku individual
maupun kelompok secara sengaja menyakiti
atau mengancam korban di lingkungan sekolah diantaranya :
Ø
Menyisihkan
seseorang dari pergaulan,
Ø Menyebarkan gosip, mebuat julukan yang
bersifat ejekan,
Ø
Mengerjai
seseorang untuk mempermalukannya,
Ø
Mengintimidasi
atau mengancam korban,
Ø
Melukai
secara fisik,
Ø
Melakukan
pemalakan/ pengompasan.
Ciri-ciri Korban Bulllying
Berikut adalah ciri-ciri anak yang menjadi korban bullying di sekolah :
Ø
Enggan
untuk pergi sekolah
Ø Sering sakit secara tiba-tiba
Ø Mengalami penurunan nilai
Ø Barang yang dimiliki hilang atau rusak
Ø Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk
terlelap
Ø Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap
dan meningkat
Ø Sulit untuk berteman dengan teman baru
Ø Memiliki tanda fisik, seperti memar atau
luka
Ø
Munculnya
keluhan atau perubahan perilaku akibat stres yang ia hadapi karena mengalami
perilaku bullying.
Ø
Laporan
dari guru atau teman atau pengasuh anak mengenai tindakan bullying yang terjadi
pada anak.
Ciri-ciri Pelaku Bullying
Berikut adalah ciri-ciri anak yang menjadi pelaku bullying di sekolah :
Ø Anak bersikap agresif, terutama pada
mereka yang lebih muda usianya, atau lebih kecil atau mereka yang tidak berdaya
(binatang, tanaman, mainan).
Ø Anak tidak menampilkan emosi negatifnya
pada orang yang lebih tua/ lebih besar badannya/ lebih berkuasa, namun terlihat
bahwa sebenarnya anak memiliki perasaan tidak senang.
Ø Ada laporan dari guru/ pengasuh/
teman-temannya bahwa anak melakukan tindakan agresif pada mereka yang lebih
lemah atau tidak berdaya
Ø Anak yang pernah mengalami bullying
mungkin menjadi pelaku bullying untuk membalas dendam.
Karakter Korban Bullying
Karakter-karakter tertentu pada anak yang biasanya menjadi korban
bullying, misalnya:
Ø
Sulit
berteman
Ø
Pemalu
Ø
Memiliki
keluarga yang terlalu melindungi
Ø
Dari
suku tertentu
Ø
Cacat
atau keterbatasan lainnya
Ø
Berkebutuhan
khusus
Ø
Sombong,
dll.
Dampak Bullying bagi Siswa
Bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga
terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya
akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas.
Ø Dampak bagi korban
Hasil studi yang dilakukan National
Youth Violence Prevention Resource Center Sanders menunjukkan bahwa bullying
dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar
di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying
berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa,
meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan
remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus
yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan
bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (commited
suicide).
Coloroso mengemukakan bahayanya jika
bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para
korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya
sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan
terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut
kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi
muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin
akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.
Terkait dengan konsekuensi bullying,
penelitian Banks menunjukkan bahwa perilaku bullying berkontribusi terhadap
rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya
self-esteem, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang
dewasa. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan skor tes kecerdasan
(IQ) dan kemampuan analisis siswa. Berbagai penelitian juga menunjukkan
hubungan antara bullying dengan meningkatnya depresi dan agresi.
Ø Dampak bagi pelaku
National Youth Violence Prevention Resource Center
Sanders mengemukakan bahwa pada umumnya, para pelaku ini memiliki rasa percaya
diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif
dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras,
mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku
bullying ini memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang
berempati terhadap targetnya. Apa yang diungkapkan tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Coloroso mengungkapkan bahwa siswa akan terperangkap dalam
peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang
cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta
menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan
sosialnya di masa yang akan datang.
Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa
mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus-menerus tanpa
intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain
berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
Ø Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying (bystanders)
Jika bullying dibiarkan tanpa tindak
lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat berasumsi bahwa
bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini,
beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi
sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa
melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu
menghentikannya.
Cara
Menghadapi Perilaku Bullying
Patti Criswell dalam bukunya, Stand up for
Yourself and Your Friends, memberikan beberapa tips agar anak sebagai
korban terlihat kuat dan dapat bertahan menghadapi pelaku
Ø Bertindak percaya diri. Tegakkan kepala dan bahu, tataplah mata pelaku tanpa bermaksud
menantang dan jaga suara agar tetap stabil saat berbicara. Bertindak percaya
diri akan membantu anak merasa lebih percaya diri.
Ø Beristirahat. Jika rasa percaya diri anak memudar, minta anak menjauh dari situasi
tersebut.
Ø Usahakan tetap tenang. Anak dilatih untuk mencoba berekspresi terganggu atau bosan. Jangan
biarkan si pelaku tahu dia berhasil mengganggunya.
Ø Mendinginkan diri. Dengan minum atau memercikkan air di wajah untuk membantu menenangkan
perasaan panas.
Ø Bernapas dalam-dalam. Menarik napas untuk memasukkan rasa percaya diri dan kekuatan, dan
mengeluarkan perasaan stres dan khawatir.
Ø Lepaskan saja. Berpikir tentang orang dewasa di sekolah yang dapat mendengarkan dan
membantu jika anak mengalami hari yang berat. Jika tidak ada, tuliskan perasaan
sehingga anak dapat membicarakannya ketika sampai di rumah.
Ø Jangan balas dendam. Latih anak agar tidak mencoba untuk membalas dendam, karena dua
kesalahan tidak membuat menjadi benar. Tidak meminta orang lain untuk berpihak,
karena hanya akan terus melanjutkan pertengkaran. Tidak tinggal di rumah untuk
menghindari si pengganggu di sekolah. Jangan bertindak histeris-hindari berteriak,
merengek, dan kehilangan kontrol.
Cara Pencegahan
Bullying
Berikut
adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya bullying di
lingkungan sekolah :
Ø
Sosialisasi
antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika
di sekolah.
Ø
Penerapan
aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
Ø
Membuat
aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan
semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
Ø
Penegakan
aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan
sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian
sanksi.
Ø
Membangun
komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.
Ø
Meminta
Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai dengan
tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning difficulties.
Ø
Pendidikan
parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.
Ø
Mendesak
Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi pendidikan guru yang
mengakomodasi antibullying.
Ø
Muatan
media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat bullying dan mendesak
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan unsur
bullying.
Ø
Perlunya
kemudahan akses orang tua atau publik, lembaga terkait, ke institusi
pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk pencegahan dan penyelesaian
bullying atau dibentuknya pos pengaduan bullying.
Sumber
http://walidrahmanto.blogspot.com/2012/01/bullying-dan-solusinya.html
http://www.psychologymania.com/2012/06/jenis-jenis-bullying.html
http://ardianazis.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_2.html
http://female.kompas.com/read/2012/08/07/14121459/6.Penyebab.Anak.Suka.Mem-.Bully.