Jumat, 20 Februari 2015

Bahasa Indonesia : Analisis Cerpen "Dadaisme"

Analisis Cerpen “Dadaisme”

Sinopsis

Seorang ayah membuat keputusan secara sepihak untuk menjodohkan anak perempuannya yang bernama Yusna dengan Rendi, putra dari pegusaha minang yang sukses. Hal tersebut dikarenakan Sutan Bahari, ayah Rendi pernah menanamkan budi pada keluarga Yusna. Namun, Yusna tidak menginginkan terjadinya perjodohan itu, sehingga Yusna memilih untuk kabur dari rumah di hari menjelang pernikahannya.

Unsur Intrinsik

1.      Tema         : Perjodohan
2.      Alur           : Maju    
            a.       Pengenalan
            Yusna memiliki keiginan yang bertentangan dengan ayahnya.
            b.      Penampilan Masalah
          Ayah membuat keputusan secara sepihak untuk meminangkan seorang pria yang belum dikenal oleh              Yusna.
            c.       Klimak
Yusna menolak dijodohkan dengan Rendi, putra Sutan Bahari.
           d.      Penurunan Masalah
          Tiba-tiba Yusna mendapatkan pemikiran licik yang akan membalikkan dua takdir antara dirinya dan               saudara kandungnya, Isabella.
           e.       Penyelesaian
           Saat pernikahan tiba, Yusna melarikan diri dari pernikahan itu.
3.      Latar
           a.       Latar tempat
ü  Rumah, buktinya :
Rumah Datuk Malinda tampak ramai oleh para tetangga yang merapikan rumah.

ü  Kamar Yusna, buktinya :
Tegur Etek Is setelah Isabella keluar kamar.
Betapa terkejutnya semua orang yang hadir di tempat itu ketika mendapati kamar Yusna kosong.

ü  Ruang tamu, buktinya :
Etek Is bangga dengan pekerjaannya mengubah sudut ruang tamu menjadi tempat singgasana sang pengantin nanti.

ü  Di depan pintu kamar Yusna, buktinya :
Nidar dan Isabella segera masuk ke dalam ruangan menuju kamar Yusna. Kamar itu terkunci. Nidar segera mengetuk kamar tersebut.
Para bujang berkumpul, lalu beramai-ramai mereka mendobrak pintu kamar Yusna.

ü  Desa terpencil, buktinya :
Namanya sebuah desa, dalam sekejam -dalam hitungan jam- menghilangnya Yusna menjelang pernikahannya langsung tersebar di desa terpencil tersebut.

            b.      Latar waktu
ü  Jum’at, buktinya :
Hari itu hari Jum’at.

ü  Siang, buktinya :
Semua terpaku sebelum jerit kegaduhan menyusul memekakkan siang yang cerah itu.

            c.       Latar suasana
ü  Tegang, buktinya :
Yusna berteriak memaki mendengar suara adiknya rebut.

ü  Sedih, buktinya :
Air mata sudah berlinang di matanya.

ü  Gaduh, buktinya :
Semua terpaku sebelum jerit kegaduhan menyusul memekakkan siang yang cerah itu.

4.      Tokoh dan penokohan
            a.       Ayah   :
ü  Bijaksana, buktinya :
“Yusna, Ayah pernah berutang budi pada Sutan Bahari, kau tahu, bukan, kata pepatah kito, budi tak boleh dilupakan sampai mati, Sutan Bahari menginginkan menantu berdarah minang dan secara adat meminta kesediaan Ayah untuk melamarkan putra sulungnya untukmu. Ayah pikir Rendi cocok denganmu, toh setelah menikah kau tetap bisa melanjutkan kuliahmu di jurusan hukum. Sutan Bahari secara khusus menawarkan untuk membiayai kuliahmu. Pikirkan jo baik-baik, usiamu alah 23 tahun, sudah waktunya untuk menikah. Kau anak Ayah yang tertua, Isabella masih SMU.”
(metode dramatik : penggambaran ucapan dan pikiran tokoh)

            b.      Yusna  :
ü  Kasar, buktinya :
Yusna berteriak memaki mendengar suara adiknya rebut.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

ü  Keras kepala, buktinya :
“Yusna indak mau jadi nak daro. Yusna indak mau menikah dengan Rendi!”
(metode dramatik : penggambaran ucapan dan pikiran tokoh)

ü  Licik, buktinya :
Yusna berpaling geram. Di dalam kepalanya telah tumbuh suatu gagasan. Sebuah gagasan yang nantinya akan membalikkan dua takdir antara dirinya dan saudara kandungnya, Isabella.
(metode dramatik : penggambaran ucapan dan pikiran tokoh)

           c.       Mamak-mamak
ü  Pemaksa, buktinya :
Yusna mencoba menolak, tapi mamak-mamaknya juga mendesak ...
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

           d.      Isabella
ü  Periang, buktinya :
Isabella bernyanyi-nyanyi riang sambil memainkan sunting.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

ü  Penurut, buktinya :
Isabella menurut.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

           e.       Etek Is
ü  Pengertian, buktinya :
“Yo, etek mangerti. Tapi Isabella kan indak tau apo-apo. Janganlah tumpahkan kearahanmu padonyo.”
(metode dramatik : penggambaran dialog)

            f.       Nidar   :
ü  Penyayang, buktinya :
Lama mendadak perasaan Nidar cemas, lantas dia menggedor pintu dengan keras. Sekali lagi di dalam tidak menyahut siapa pun. Dan Nidar segera meminta para bujang untuk segera membantunya mendobrak pintu. Perasaan yang menjalari hatinya adalah kecemasan.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

5.      Sudut pandang : Orang ketiga mahatahu
6.      Gaya bahasa : Mudah dipahami
7.      Amanat :
            a.       Kita tidak boleh melupakan jasa orang lain.
            Bukti :
            “... kata pepatah kito, budi tak boleh dilupakan sampai mati ...”
            b.      Sebagai makhluk sosial, kita harus tahu balas budi.
            c.       Kita harus taat dan patuh terhadap orangtua.
            d.      Kita harus menjaga nama baik keluarga.

Unsur Ekstrinsik

1.      Nilai Sosial
Masyarakat di desa tersebut gemar tolong menolong. Hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang meramaikan rumah Yusna untuk membantu persiapan pernikahannya. Dan pada saat warga membantu ibu dan adik Yusna mendobrak pintu kamar.
Buktinya :
Rumah Datuk Malinda tampak ramai oleh para tetangga yang merapikan rumah.
Para bujang berkumpul, lalu beramai-ramai mereka mendobrak pintu kamar Yusna.

2.      Nilai Budaya
Perjodohan di tengah-tengah masyarakat pada cerpen tersebut masih marak. Apalagi perjodohan atas dasar hutang budi. Orang tua Yusna menjodohkan dirinya dengan orang yang belum pernah dikenalinya. Acara pernikahan yang digelar menggunakan adat Minang.
Buktinya :
Bayangkan, ayah yang begitu dihormati dan dikaguminya memutuskan secara sepihak untuk meminang seorang pria yang sama sekali belum dikenalnya.
Sutan Bahari pernah menanam budi kepada keluarga besar Yusna sehingga sebagai pembayar budi, Yusna pun diharuskan menerima perjodohan sepihak ini.

3.      Nilai Ekonomi
Pada cerita tersebut diceritakan ada seorang perantau sukses. Hal ini dibuktikan dengan kesuksesan Sutan Bahari yang berasal dari Minang dan telah menjadi pengusaha di Pulau Jawa.
Buktinya :
Sutan Bahari adalah pengusaha Minang yang sukses di Pulau Jawa. Usahanya bisa dihitung dari sepuluh supermarket dan beberapa perhotelan yang terdebar di Jakarta, Bandung, dan Bukit Tinggi.

4.      Nilai Pendidikan
Pada cerita tersebut ada seseorang yang mementingkan pedidikannya. Hal ini dibuktikan dengan Yusna yang ingin melanjutkan kuliahnya di jurusan hukum.
Buktinya :
Sebenarnya Yusna berkeinginan untuk melanjutkan kuliahnya di jurusan Hukum dan menikah dengan pria yang saat ini telah menjadi tambatan hatinya.

5.      Nilai Moral
Pada cerita tersebut ada seorang anak yang tidak menurut kata orang tua. Hal tersebut dibuktikan dengan Yusna yang memilih untuk kabur dari rumah karena tidak ingin dijodohkan.
Buktinya :
“Tapi ayah … “
“Yusna indak mau jadi nak daro. Yusna indak mau menikah dengan Rendi!”

Namanya sebuah desa, dalam sekejam -dalam hitungan jam- menghilangnya Yusna menjelang pernikahannya langsung tersebar di desa terpencil tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Additive Food and Its Influence for Human Health

ADDI TIVE FOOD AND ITS INFLUENCE FOR HUMAN HEALTH             Additive food is substances that are added to food in a little a...